Rabu, 01 Juni 2011

Gugur-Chapter 1

     Aku menatapnya di kejauhan yang teramat asing .Ingin kutinggalkan namun langkah ini tak henti untuk menghampiri'a. Aah..Wajah sendu itu. Wajah sendu yang mengingatkan aku pada daun-daun yang berjatuhan pada musim gugur,musim yang selalu ku nanti-nantikan. Dia terdiam. Menatap lekat ke arah tetes-tetesan hujan yang tak henti menari-nari. Tak sadarkah kau begitu dekatnya kita..?Tapi kau hanya diam membisu dalam kesendrianmu.
     "Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?Menunggu seseorang?" tanyaku.
     "Bkn urusanmu.." jawabnya pelan.
     Yah,tak apa. Mungkin ini hanyalah sebuah permulaan.
     "Oh.." jawabku sedikit pasrah.
     "Kau sendiri?" tanyanya pelan.
     "Menunggu seseorang."
      Ah,untuk mendapatkan sesuatu memang dibutuhkan sedikit kebohongan.Wajah gadis itu mulai menunjukkan sedikit ketertarikan.
     "Apa orang yang kau tunggu belum datang?"
     "Mmm..Sepertinya.." kataku berbohong lagi.
     "Apa menurutmu dia akan datang?" tanyanya penasaran.
      Tak sadarkah kau bahwa aku disni karenamu? Aku menatap lekat gadis ini yang terus menatap hujan. Matanya awas mencari-cari sosok yang tengah di nanti kehadirannya.
     "Siapa..?" tanyaku tanpa memalingkan pandanganku ke arahnya.
     "Tentu saja orang yang kau tunggu.."
     "Aku berusaha untuk percaya,." kataku mantap.
     Gadis itu menoleh namun tetap terdiam.
     "Kita sama-sama menunggu," kataku pelan namun dalam.
     "Walaupun mungkin pasti kau yang akan pergi meninggalkanku terlebih dahulu.." sambungku.
     Tatapannya mulai menerawang. Kami berdua membisu di dalam dekapan hujan.

Satu jam..

Dua jam..

      Hari semakin gelap dan dngin namun tetap belum ada perubahan.
      "Kau brthan?"
      Akhr'a dy kmbali brsuara.
      "Aq rasa bgtu." jawabku.
      "Knp?"
      "Aku tidak akan pergi sebelum kau pergi.." ucapku cepat.
      Wajahnya memerah.
      "Benar-benar tidak datang ya.." gumamnya lmbut.
Entah itu pernyataan utk'q atau mlh utk dri'a sndri. Kami brdua kmbali trdiam sjenak. Ingn q rengkuh ia namun aq tll tkt utk mnyentuhnya.
"Aq mnyerah!" kta'a tiba2. Ttpan'a berubh hampa,menampakkn kpedihn yg m'dlm.
"Aq..Plg lbh dulu.."
Menoleh k arah'q dan meninggalkn'q bbrp langkah. Dg cpt aq meraih tangan'a dan ia pun trkesima. Menggandeng'a..Menjauhi tmpt kami brdiri td.
Ingn rasa'a aq mmbagi pundak ini. Mmbwmu trlpas dr rs pedih yg mengalir brsm air hujan yg jth ini..

Timbangan-Chapter 1

      Anak laki2 itu brjongkok menatap jalan dengan bersenderkan pada dinding gang. Bola Matanya selalu bergerak menatap setiap orang yang lewat,namun tatapay'a hampa. Dia sama sekali tidak mengerti tentang hidup ini. Menurutnya setiap orang memiliki tujuan hidupnya masing-masing,bahkan orang-orang yang selalu melewatinya setiap hari itu. Sedangkan dirinya selalu terpaku ditempat itu. Dipandang pun tidak. Mungkn ada sebagian orang yang memandangnya tapi hanya sekedar menatap dengan tatapan seolah mengejek. 'Manusia tanpa masa depan..' begitulah orang-orang menyebutnya. Namun dia tidak peduli. Apa salahnya menjadi diri sendri..?
       Hari itu dari sekian banyak orang,dy menemukan seorang laki-laki tua yang selalu tersenyum hangat ke arahnya. Tidak ada kesombongan dan kepalsuan dalam senyumnya itu. Tidak hanya untuk hari itu tapi untuk hari-hari berikutnya. Sampai suatu saat Pak Tua itu menghampiri dirinya yang terdiam. Wajah anak laki-laki itu terlihat tak berekspresi,membuatnya sulit menebak apa yang sedang bocah it pikirkan tentangnya. Sama sekali tidak ada ketakutan didalam tatapannya itu.
        Bocah itu terlihat seperti anak berandal,tapi Pak Tua itu tetap tersenyum menghampirinya,tidak mempedulikan apa yang akan orang lain pikirkan tentang'a.
       "Kau memiliki masalah Nak?" tanyanya.
       "Itu bukan urusan anda Pak Tua." jawab anak itu sedikit tidak bersahabat.
        Untuk apa orang seperti itu mempedulikan kehidupannya..!,pikirnya.
        Tak disangka,mendengar jawabannya itu Pak Tua tetap tersenyum dan ikut berjongkok disampingnya.
        "Tidak apa Nak,aku mengerti keraguanmu. Hanya saja aku merasa kau memliki sesuatu yang tersimpan rapat. Maaf kalau aku lancang,tapi aku sedikit bisa memahami dirimu.."
         Anak itu tertawa mengejek. Omong kosong sekali jika Pak Tua itu bisa memahami dirinya. Setiap orang dewasa itu sama saja,selalu bersikap seolah mengerti dirinya. Padahal kenyataannya mereka hanya bisa memaksakan kehendak dan bersikap egoi. Ingn dimengerti tapi tak pernah bisa memahami.
         "Kau itu seperti diriku di waktu lampau. Tidak pernah bisa mempercayai siapa pun.." kata Pak Tua itu lagi seolah menyadari keraguannya it.

To be continue..