Senin, 05 September 2011

FanFict BoyFriend-Chapter of Life 01

     Ini hari terburukku. Kenapa?Barusan saja seorang bocah hampir merampas T-Shirt yang jauh-jauh hari ingin kubeli. T-Shirt bergambar Pikachu yang Limited Edition. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai tokoh kartun itu, tapi entah mengapa kali ini ekspresi hewan tersebut ‘entah hewan apa itu’ berhasil mengalihkan pandanganku.
     “Noona, aku yang lebih dulu melihat,” kata bocah itu dalam ingatanku.
     Cukup lama kami berdua saling memandang dan tarik menarik T-Shirt itu. Mungkin jika orang lain melihat, mereka akan melihat kilatan petir diantara kami berdua.
     “Dengar ya, aku yang datang terlebih dulu,” jawabku kesal.
     Tampak wajahnya pun terlihat sama kesalnya dengan diriku. Wajahnya tidak terlalu terlihat karena tertutup topi, tapi rambut blondenya sedikit terlihat. Bocah ini terlihat manis untuk ukuran bocah laki-laki, badannya tinggi tapi tidak terlalu berisi.
     “Noona, aku kira kita datang bersamaan. Apa kau benar-benar menyukai T-Shirt ini? Aku benar-benar membutuhkannya,” katanya cepat seraya menarik T-Shirt dari tanganku.
     “Hei, kau! Tidak sopan! Kalau T-Shirt ini ada ditanganku berarti aku berniat membelinya. Cari saja T-Shirt yang lain!”
     Aku menarik kembali T-Shirt itu dan bergegas menuju antrian kasir. Kuamati dia dari kejauhan, rupanya dia masih berusaha mencari-cari T-Shirt yang sama. Lalu datang pelayan membawa T-Shirt bergambar sama dengan yang kupegang. Lalu dengan sekejap dia berdiri mengantri tepat dibelakangku. Aku menoleh, menatapnya sinis dengan tatapan tajam setajam silet,oops.. maksudku elang.
     “Kalau kau berusaha mencari pasti akan dapat,” celetukku.
     “Tapi Noona, boleh aku membayar duluan?” jawabnya santai.
     “Mwo?”
     Aku mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Untuk bocah seusianya dia terlampau berani.
     “Berapa umurmu?” sambungku. Dia diam menatapku dengan tatapan dingin.
     Aku menatapnya kesal, “Tidakkah kau tahu etika di tempat umum?”
     “16.. umurku 16, Noona.” jawabnya mengalihkan pembicaraan.
     “Hah, ternyata kau masih bocah.”
     “Kalau begitu mengalahlah pada seorang bocah,” jawabnya lagi tanpa ekspresi.
     “Mwo??”
     Semakin kesal. Bocah ini membuatku semakin kesal. Aku tidak ingin meladeninya lagi. Dengan segera aku mengambil posisi di kasir. Aku harus cepat-cepat meninggalkan bocah menyebalkan ini. Tidak peduli seberapa banyak tekukan-tekukan yang sudah terlukis diwajahku, aku berusaha untuk tidak menghiraukannya.
     “Noona..” panggilnya lembut.
     Aku menoleh, sebenarnya bocah ini mau apa lagi!
     “Kalau kau jutek seperti itu kelak para Ahjussi tidak akan berani mendekatimu..” ucapnya santai.
     MWOOOOOOO????!!
* * *
     “Kamsahamnida! Aku suka T-Shirt ini! Pika..Pika..”
     Suara Kwangmin mengagetkan lamunanku. Tiba-tiba saja dia muncul dihadapanku dengan meniru gaya Pikachu kesayangannya itu. Aku tahu dia sangat menyukainya, tapi ini terlalu berlebihan. Bayangkan saja, sudah dua hari dia memakai baju yang sama. Membuatku sedikit risih. Fyuuuuh.. Baguslah, sebanding dengan perjuanganku yang sempat beradu mulut dengan Noona aneh kemarin. Agak memalukan jika mengingat hal itu. Kalau bukan karena Hari Ulang Tahun kita aku tak akan melakukannya sampai sejauh itu!
     “Coba kau perhatikan! Ekspresi Pikachu ini lucu sekali!” serunya dengan mata berbinar-binar sambil menunjuk-nunjuk gambar di dadanya. Dia memaksaku untuk mengalihkan pandanganku ke arah Pikachu kesayangannya. Gambar Pikachu yang mulutnya tengah berlumuran es krim.
     “Mirip sekali denganmu..’ jawabku malas hanya untuk menyenangkan hatinya.
     “Itu benar sekali!” sahutnya seraya menarikan tarian aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya.
     Aku menatapnya dengan tatapan malas. Hipernya mulai kumat, kira-kira sudah 35% dan sebentar lagi akan beranjak menjadi 50%. Satu.. Dia tersenyum aneh menatapku,lebih tepatnya seringaian,Devil Smile. Dua.. Tersenyum lebih dalam. Aku masih menatapnya dengan awas, bersiap-siap mengambil kuda-kuda, mencegah terjadinya hal-hal buruk yang tidak kuinginkan. Namun dengan cepat dia menghampiriku. Hampir saja menubrukku, berusaha mengecup pipiku. Tidaaaaak! Rupanya tingkat kehiperannya sudah mencapai 100%, aku salah memperkirakan!
     “Hei!Kalau kau melakukannya, akan kupastikan barang-barang Pikachu-mu akan menghilang dari peredaran!!” ancamku seraya menangkis bibirnya.
     Dia tertawa puas sambil berlalu pergi meninggalkanku. Tuhan, apakah ini takdirku? Setiap hari harus menjalani skenario hidupku bersama ‘Makhluk Hiper’ satu ini...Namun tak berapa lama dia kembali.
     “Donghyun Hyung tadi telpon, dia bilang semuanya sedang berkumpul di Starbucks. Mau ikut?”
* * *
     “Chae Rin, tolong kau layani para pelanggan di sana,” kata Managerku memecahkan lamunanku.
     Dia menunjuk sekumpulan anak muda yang dandanannya terlihat mencolok menurutku, terutama yang berambut merah dan berambut blonde. Sedangkan yang lain terlihat mencolok karena pakaian mereka. Aku sedikit tertawa mengamati mereka. Kalau dilihat-lihat dandanan mereka seperti Boyband. Dasar anak muda sekarang, sepertinya Fashion Boyband menjadi pusat perhatian mereka.
     “Chae Rin..” panggil Managerku lagi. Aku menoleh.
     “Kau boleh saja bersikap ramah, tapi jangan terlalu kau ladeni mereka seperti pelanggan kemarin. Hal itu akan memicu pembicaraan yang tidak mengenakkan di kalangan pegawai dan pelanggan,” sambungnya dengan nada serius.
     Aku hanya menyunggingkan senyuman yang nampaknya sedikit kupaksakan. Apa-apaan ini, dia mulai mengaturku. Ingin sekali aku meneriaki telinganya, ‘Hey Boy!Kau bukan siapa-siapa aku lagi! Jadi berhentilah mengamati hal-hal yang tidak perlu!Apa kau cemburu, Hah!Jadi sebaiknya enyahlah kau dari pandanganku!Sekarang!’
     Tapi kenyataannya aku hanya bisa menyunggingkan senyum yang sedikit kupaksakan ini. Yah, mau bagaimana lagi. Mantanku yang sedang berdiri dihadapanku ini adalah seorang Manager Starbucks, tempatku bekerja. Coba katakan padaku, apa yang bisa kuperbuat?
     “Manager, tenang saja. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun.” jawabku manis.
     Rasanya perut ini menjadi mual tiba-tiba. Bweeekz! Dengan segera aku menghampiri sekumpulan anak muda tadi. Tampak mereka asik sekali berbincang satu sama lain.
     “Permisi, maaf telah menunggu lama. Ada yang bisa saya bantu?Ingin pesan apa?” sapaanku memotong pembicaraan mereka.
     “Aah, aku pesan Low Fat Vanilla Latte dan Mozarella Tomatoes on Spinach Panini,” jawab pria berambut merah. Aku mulai mencatat menu dengan terperinci.
     “Hyung, aku juga mau menumu,” sahut bocah satunya. Lumayan tampan.
     “Aku Pumpkin Spice Latte saja,” sambung yang satu.
     “Hey, Hyunseong. Apa sekarang kau sedang mengikuti jejakku?” sambung pria berambut merah lagi dengan tawanya yang khas. Oooo, namanya Hyunseong.
     “Bukan begitu, Tidak ada Hamburger atau Donkatsu disini.”
     Tawa meledak diantara mereka. Tanpa sengaja akupun ikut tertawa.
     “Kami memiliki menu Peanut Butter Panini, selai kacang leleh yang diapit dua panini,jika kalian berminat,” sambungku.
     “Aku saja!Aku mau itu!” sahut satu bocah lagi dengan bersemangat. Wajah imutnya tampak berseri-seri, sepertinya bocah ini kembar dengan bocah blonde di sebelahnya. Tunggu..Bocah Blonde..Dimana aku pernah melihatnya ya.. Aku mengamati wajahnya dengan seksama. Dengan gayanya yang santai dia memainkan selulernya dengan cuek.
     “Noona, aku mau Low Fat Caramel Macchiato,” kata bocah manis yang dari tadi memainkan topinya, membuyarkan pandanganku ke arah Si Blonde.
     “Aku Strawberry and Cream Frappucino Ice Cream,” sambung kembaran Si Blonde.
     “Kalau kau?” tanyanya lagi kepada Si Blonde.
     “Mmm..Makanan Pikachu..” jawabnya santai masih bergumul dengan selulernya. Semua tampak heran. Pikachu.. Pikachu.. Aaaaah!Bocah ini..Bocah menyebalkan itu!Bocah yang pernah kutemui beberapa hari yang lalu. Dan baru kusadari kalau kembarannya memakai T-Shirt  Pikachu yang sama dengan yang kupunya. Sungguh mengejutkan bisa bertemu dengannya lagi di tempat ini.
     Dia tersenyum menatapku. Tatapannya sedikit aneh, antara ingin tersenyum dan serius. Sungguh sial, bertemu bocah menyebalkan itu lagi disini. Harus bermanis-manis ria di depan pelanggan, tapi apa bisa dengan bocah ini??
     “Maaf, makanan Pikachu.. Memangnya Pikachu makan apa?” tanyaku polos.
     “Ice Cream..” jawab kembarannya menunjuk T-Shirt yang sedang dipakainya.
     “Aku pesan ‘Tazo Iced Passion Tea Lemonade’. Itu saja, Noona.” senyumnya dengan manis. Bocah ini..Kenapa aku merasa dia sedikit mempermainkanku ya. Perasaan tidak mengenakkan apa ini..Senyumnya seperti sebuah seringai..
* * *
     “Youngmin, kau mengenal Noona Starbucks?” tanya Donghyun Hyung penasaran. Leader yang satu ini memang selalu ingin tahu.
     “Kenapa Hyung?Apa kau tertarik dengannya?” jawabku asal.
     Panas sekali, keringat mengucur di sekujur tubuhku. Sudah 7 jam kami latihan dance, persiapan untuk debut nanti di Bulan Mei. Kuseka keringatku dengan tissue, tiba-tiba dengan cepat Minwoo meraih tissue ditanganku. Dengan gusar dia mengambil posisi terdepan di depan kipas angin.
     “Aaaaa!Panas..Panas..” gumamnya sambil menyeka keringat dengan membabi buta.
     “Bukan begitu. Kuamati sepertinya ada sesuatu diantara kalian berdua.” jawab Donghyun Hyung. Aku terdiam sejenak sambil mengatur nafas.
     “Itu..Karena Pikachu..” kataku sambil mengacak-acak rambutku dengan handuk kecil.
     “Mwo?Ada apa dengan Pikachu?”
     Tiba-tiba Kwangmin muncul disampingku. Hah!Mengagetkan saja! Telinganya benar-benar seperti radar, apalagi jika berhubungan dengan Pikachu.
     “Kau tahu Hyung, T-Shirt Pikachu yang tempo hari Kwangmin pakai?”
     “Ya..Ya.. Aku tahu. Bahkan dia memakainya selama 3 hari,”  jawabnya serius.
     “Aku sempat berebut T-Shirt itu dengan Noona Starbucks.”
     Kwangmin serius sekali mendengarkan pembicaraan ini, “Pertemuan yang mengesankan ya..” gumamnya.
     “Terakhir kali sepertinya dia sangat kesal terhadapku,” akuku.
     “Kau menyesal?” sambung Jeong Min Hyung tiba-tiba. Dia menggeletakkan tubuhnya dilantai.
     “Untuk apa aku menyesal?” jawabku cepat.
     “Tapi Noona Starbucks cantik juga. Sayang dia bukan anggota GirlGroup. Padahal aku ingin sekali mengedit-edit fotonya.” kata Minwoo polos.
     “Ya, dia imut,” sambung Donghyun Hyung disertai anggukan yang lain.
     Haaaah!Mulai.. Para pria kesepian. Melihat wanita cantik sedikit saja sudah berkoar-koar. Tunggu.. wanita cantik??Sejak kapan aku menyebutnya wanita cantik?Sedikit, aku mengatakannya sedikit kaaan. Dan itu tidak berarti kalau dia cantik.
     “Youngmin, kau bengong atau mengantuk?” tanya Kwangmin memecah lamunanku.
     Sepertinya otakku hampir overload.

     Sudah beberapa hari ini aku bermimpi hal yang sama. Noona itu tiba-tiba muncul di dalam mimpiku. Tersenyum, kemudian menghilang. Aku tidak mengerti apa maksud dari mimpi ini, tapi yang pasti amat sangat menggangguku. Kurasa benar, otakku memang sudah overload. Kalau tidak, untuk apa aku duduk di tempat ini. Saat ini. Seorang diri. Mengamati Noona itu hilir mudik menyambut para pelanggan sambil memamerkan senyum manis kepada mereka semua. Namun, apa yang terjadi dengan diriku? Dari tadi dia seolah mengacuhkanku. Aku tahu dia menghindariku. Buktinya dari tadi dia tidak mau menatapku. Kuperhatikan hanya aku yang dilewatinya.
     Keesokan hari pun aku masih penasaran. Apakah dia akan melakukan hal sama seperti kemarin? Kali ini aku mengajak teman sekolahku, perempuan tentunya. Aku ingin melihat reaksinya, apa dia masih mengacuhkanku? Ping Pong!!Betul saja. Ketika aku mencoba membersihkan cream ice cream di bibir temanku dengan tanganku, dia mengamati dengan tatapan aneh dari jauh. Entah mengapa perasaanku membuncah senang melihat Noona berdiri terpaku memandangi kami berdua.
* * *
     Dari kemarin bocah blonde itu stay di tempat yang sama. Dan sekarang dia membawa teman wanitanya, mungkin pacarnya. Mesra sekali seolah-olah memamerkan kemesraan di depan umum seperti ini. Huh,Seharusnya kau lebih giat belajar, bukannya malah sering terlihat di tempat seperti ini. Tapi baju seragam yang mereka pakai bagus juga, sepertinya mereka bersekolah di sekolah elit.
     “Han Chae Rin, “ panggil seseorang yang bisa kutebak siapa itu. Siapa lagi, dia mantanku. Bukan..Lebih tepatnya Managerku.
     “Kenapa kau berdiri terpaku ditempat ini?Bukankah kau seharusnya melayani pelanggan yang disana?” sambungnya. Dia menunjuk bocah Blonde itu.
     “Kuperhatikan dari tadi kau hanya memandang mereka berdua. Kau mengenalnya?”
     “Tidak. Aku tidak mengenalnya,” jawabku cepat.
     “Kalau begitu kau berniat menggodanya?” katanya sinis. Aku bingung menatapnya. Apa sih maksud laki-laki aneh ini?
     “Manager.. kau tahu, perkataanmu sudah semakin keterlaluan. Apa kau pikir aku wanita semacam itu?Hah, sekarang aku mengerti.. Keputusanku untuk meninggalkanmu adalah hal yang benar. Kau tahu kenapa?Untuk ukuran laki-laki sejati kau terlalu posesif!”
     Aku meninggalkannya yang masih terpaku mencerna kata-kataku. Tapi tak berapa lama dia menahan tanganku. Cengkramannya terasa lumayan menyakitkan. Aku berusaha untuk lepas tapi dia terlalu kuat.
     “Manager, kalau kau bersikap seperti ini para pegawai dan pelanggan akan melihat!” kataku kesal.
     “Kau seharusnya tahu kenapa aku bersikap posesif terhadapmu!” katanya cepat setengah berteriak.
     “Appa..” rintihku.
     Sebuah tangan melepas cengkraman Manager. Mengejutkan!Apa yang dilakukan kembaran Si Blonde di tempat ini?Dengan wajahnya yang ceria dia tersenyum ke arahku dan Manager. Auranya berbeda dengan Si Blonde yang dingin dan angkuh itu. Auranya benar-benar cerah. Tampak Si Blonde mengawasi dari jauh dengan ekspresi cemas bercampur bingung.
     “Maaf, aku mengganggu kalian, tapi aku ingin memesan Strawberry and Cream Frappucino Ice Cream.” Katanya ramah sambil mengedipkan mata kearahku. Tidak bisa dikatakan mengedipkan si, soalnya mata yang satu lagi ikut berkedip juga. Dan dengan segera dia menghampiri Si Blonde dan pacarnya.
     “Kwangmin, sejak kapan kau disini??” nada bingung Si Blonde memenuhi telingaku.
* * *
     Ada yang aneh denganmu, Youngmin. Aku selalu mengamatimu. Akhir-akhir ini kau terlihat tampak lebih murung. Seperti ada sesuatu yang sedang kau pikirkan. Sebenarnya aku sangat mengkhawatirkanmu, tapi kau tidak pernah bersikap jujur terhadapku. Sekarang yang bisa kau lakukan hanyalah menyendiri.
     “Youngmin mana?” tanya Minwoo. Sepertinya dia baru sadar kalau Youngmin tidak ada ditempat.
     “Biar kulihat di Practice Room,” sahutku bergegas pergi.
     “Kwangmin, dia baik-baik saja kan?” tanya Donghyun Hyung cemas.
     “Aku rasa begitu..” senyumku.
     Bunyi decitan kakinya mulai terdengar. Sudah kuduga dia menghabiskan semua energinya ditempat ini. Kau itu mudah ditebak, Youngmin. Youngmin, kakakku ini memang selalu lebih unggul dariku. Lihat saja euforia yang ia ciptakan saat ini. Dia menari dengan sungguh-sungguh, tanpa peduli sudah berapa banyak tetesan peluh yang jatuh membasahi lantai.
     “Kenapa kau hanya berdiri terpaku disitu?” tegurnya. Rupanya dari tadi dia menyadari kehadiranku. Aku melangkahkan kakiku menghampirinya.
     “Kau telah berjuang sangat keras..” kataku seraya memberinya handuk kecil.
     “Ada yang ingin kau sampaikan?Sepertinya akhir-akhir ini kau selalu mengamatiku..”
     Beginilah Youngmin, kalau dia tidak peka bukan Youngmin namanya. Aku tertawa kecil memandang wajahnnya yang berubah serius. Youngmin memiliki sifat yang liar dan angkuh. Gampang meledak dan bahkan hampir bisa mengamuk. Jadi aku harus berhati-hati berbicara dengannya.
     “Kau tahu kan, kita ini saudara kembar, tapi memiliki sifat yang berbeda. Dan kau selalu terlihat lebih unggul dariku. Aku sadar itu..”
     “Lalu?” tanyanya santai seolah tak tertarik dengan pembicaraan ini. Ekspresimu itu datar sekali. Senyumlah sedikit.
     “Selera kita pun hampir berbeda. Tapi tak jarang juga kita memiliki selera yang sama kan?” kataku agak menekan perkataanku itu.
     “Intinya?” tanyanya cepat. Yah, begitulah. Kau tidak menyukai hal-hal yang bertele-tele.
     “Selama ini aku selalu mengalah, tapi kali ini aku tidak akan mengalah,” kataku serius
     “Noona Starbucks, kau menyukainya?” celetuknya cepat. Peka sekali.
     “Ya, aku menyukainya..” jawabku jujur.
     Dia terdiam, menatap lantai. Seolah ada yang sedang dipikirkannya
     “Apa kau benar-benar berpikir kalau selera kita sama?” katanya sambil beranjak berdiri dan pergi meninggalkanku. Namun dari kejauhan aku masih bisa mendengar tawa kecilnya.
* * *
     Suara bel tak henti berbunyi. Siapa sih orang yang datang. Tidak tahu apa kalau badanku ini sedang lemas. Ting..Tong.. Dengan tubuh lemas aku berusaha menjangkau pintu. Aku membuka pintu perlahan.
     “Noona!”
     Bocah ini.. Kembaran Si Blonde. Sedang apa di disini..
     “Apa kau salah alamat?” tanyaku heran. Tanpa kupersilahkan masuk dia sudah masuk ke dalam terlebih dahulu.
     “Tadi aku ke Starbucks, kudengar kau sakit. Jadi aku menanyakan alamatmu kepada temanmu, Hye Mi atau Hye Lin namanya, aku lupa..” jawabnya seraya menaruh bingkisan plastik. Dia mengeluarkan berbagai macam biskuit dan susu. Lalu tiba-tiba dia terpaku melihat T-Shirt yang kupakai.
     “Noona, T-Shirt kita sama!” katanya tersenyum lebar. Pikachu, dia memakai T-Shirt yang sama denganku. Aku terdiam tak percaya. Sebenarnya apa lagi ini?Aku bingung kenapa tiba-tiba bocah ini mendekatiku.
     “Maaf, mungkin kau bingung ya. Tapi..Apa kau percaya takdir, Noona?” katanya padaku. Aku masih terpaku memandangnya, “Aku tidak mengerti maksdumu..”
     “Noona, karena saudara kembarku takdir mempertemukan kita.”
     “Siapa?Si Blonde?”
     “Ya..Youngmin. Namanya Youngmin. Kalau aku Kwangmin.” Senyumnya lebar. Baru kusadari ternyata dia manis. Tapi melihatnya mengingatkanku pada Si Blonde.
     “Noona, cepat sembuh ya!Mungkin aku tidak bisa berlama-lama. Kuharap kau menghabisi makanan yang kubawa ya..” katanya ceria. Setelah itu berpamitan pulang meninggalkanku sendiri. Sebenarnya ada apa ini?Kenapa aku merasa dia sedang mendekatiku??Jangan bilang kalau hal itu benar!!

     Seperti dugaanku. Bocah itu, Kwangmin, hampir setiap hari muncul mewarnai hari-hariku. Namun, Si Blonde Youngmin malah jarang terlihat. Terakhir kali dia bersama pacarnya. Pacar seusianya. Tentu saja, apa yang kupikirkan. Bocah seperti dia memang lebih pantas menjalin hubungan dengan wanita seusianya. Begitu pun aku, wanita berumur 23 tahun seharusnya bersama Ahjussi kan!Fyuuuh, kalimat itu mengingatkanku pada Youngmin. Kata-kata yang sempat membuatku sedikit kesal.
     Apa yang harus kulakukan dengan Kwangmin?Dia sangat manis, aku tidak sampai hati menyakitinya.
     “Kwangmin, dengar..”
     “Wah, Noona!Untuk pertama kalinya kau memanggil namaku!” potongnya dengan senang.
     “Begini..Kau tidak bisa mengharapkan apa-apa dariku..” sambungku
     “Noona, aku tidak pernah menuntutmu. Aku tidak mengharapkan banyak hal darimu. Aku hanya ingin dekat denganmu.”
     “Kwangmin, kau laki-laki baik. Dan.. Kau pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku..”
     Dia menatap lekat ke arah mataku. Tatapannya berubah. Matanya yang tadinya berbinar-binar kini telah hilang tertutup kegalauan hatinya. Rupanya dia mencoba menerka pikiranku tapi tak berhasil dia kaji.
     “Sudah malam. Sebentar lagi kami akan tutup. Kau jangan pulang terlalu malam..” bujukku agar dia lekas meninggalkan tempat ini. Aku mencuri pandang ke arahnya. Raut wajahnya berubah sayu.
     “Ada orang lain yang kau suka, Noona?” tanyanya tiba-tiba. Aku menoleh menatapnya dalam. Tidak bisa, bibir ini tidak bisa menjawab. Entah mengapa wajah Youngmin tiba-tiba muncul dibenakku.
     Dia tersenyum tipis, “Jangan paksa aku untuk meninggalkanmu, karena aku tidak akan pernah melakukannya..” katanya cepat. Dia pergi meninggalkanku begitu saja. Baru pertama kali aku melihatnya sesedih ini.
* * *
     Setelah menantinya beberapa lama akhirnya aku bisa melihatnya. Walaupun hanya bisa menatapnya dari belakang punggungnya. Dia tetap menatap lurus ke depan walaupun dia menyadari kehadiranku. Sepertinya dia memutuskan untuk menghampiri warung soju di pinggir jalan itu. Aku duduk tepat didepannya, namun tak jua dia menghiraukanku.  Bergelas-gelas soju sudah dia minum. Tak tahan melihat sikapnya, aku menahannya untuk minum lebih banyak. Dia menatap mataku dengan kesal.
     “Kau masih disini?”
     “Noona, kau sudah mabuk..”
     “Aaaah, kau ingin minum juga?Ahjumma!Berikan bocah ini sebotol susu!” teriaknya.
     Aku menghela nafas dalam-dalam melihat tingkahnya. Tubuhnya telah dipenuhi aroma soju. Dengan segera aku membayar minuman-minuman itu dan memaksanya pergi meninggalkan tempat itu.
     Aku menggendongnya dibelakang punggungku. Dari tadi dia mengoceh tidak karuan menyebut-nyebut namaku dan Kwangmin.
     “Noona, sebenarnya rumahmu dimana?”
     “Kenapa kau mengikutiku terus?Kau..Kau itu benar-benar bocah menyebalkan yang pernah kutemui di dunia ini!Gara-gara kau..Semua ini gara-gara kau..” katanya sambil memukul-mukul kepalaku dengan pelan. Kurasa tenaganya sudah habis.
     “Apa yang harus kuperbuat dengan Adik manismu itu..Dia benar-benar anak laki-laki yang baik..”
     “Noona, berhentilah berbicara. Kau berat sekali..”
     “Dia sama sekali tidak seperti kau!Kalau begitu turunkan aku!Biar Kwangmin yang menggendongku..Kau ini..Kwangmin saja tahu rumahku..” katanya sambil meronta-ronta.
     “Noona, berhentilah membicarakannya!” kataku kesal. Aku menurunkannya dari gendonganku. Dia terkejut menatapku.
     “Kenapa sekarang kau diam?Kau ingin bilang kalau aku cemburu??Ya, aku memang cemburu!Dan hal yang paling kucemaskan adalah ketika kami berdua mencintai wanita yang sama!Bayangkan,wanita yang sama! Dan dari sekian banyak wanita kenapa harus kau,Noona!Ini gila..” amukku. Dia masih terpaku menatapku. Tak beberapa lama,kulihat tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipinya. Aku membeku ditempatku berdiri.
     “Kau pikir aku tidak cemas..?Kau pikir aku tidak merasakan apa yang kau rasakan..??Aku memahamimu..Tapi..Kau..Mencintai wanita yang salah Youngmin. Perbedaan kita terlalu jauh.. kau seharusnya mengerti itu..” isaknya.
     Aku melangkahkan kaki, meraih kepalanya untuk jatuh didalam pelukanku. Aku tidak peduli apapun. Tidak peduli jika semua orang memperhatikanku. Tidak peduli mereka akan memandang aneh ke arah kami berdua.
* * *
     Acara Fan Meeting akhirnya dimulai. Diluar perkiraan, ternyata Fans kami lumayan banyak. Jerih payah yang selama ini kami lakukan tidaklah sia-sia. Ratusan fans pun telah mengantri sesi tanda tangan kami. Dari tadi mataku tertuju pada seseorang berkaos Pikachu di salah satu bangku fans. Tanpa lambaian atau teriakan dia hanya membalas tatapanku dengan senyuman hangatnya.
     “Dia memakai T-Shirt Pikachu, berarti dia fansku..” celetuk Kwangmin dengan santainya.
Aku menatapnya dingin.
     “Youngmin, ini belum berakhir. Bisa jadi babak baru malah akan dimulai. Untuk saat ini aku mengalah. Kau tahu kenapa?Karena jika kau yang patah hati aku tidak yakin kalau kau bisa menghibur dirimu sendiri..” katanya mantap tanpa ekspresi.
     MWOOOOOOOOO??????!!!!!!Aku terbengong menatapnya heran. Sepertinya ancaman masih akan datang kapan saja dan dimanapun aku berada. Oh, Tuhan..Bocah ini adalah ancaman yang sebenarnya untukku.
     “Tapi..paling tidak aku sudah selangkah lebih unggul darimu..” balasku mantap seraya melambaikan tanganku ke arah Noona. Dan menghujaninya dengan senyuman terindahku. Sebentar..Sampai sekarang aku belum tahu nama Noona..Siapa namanya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar